Setiap tanggal 16 Oktober, kita memperingati Hari Pangan Sedunia dengan merayakan dan memaknainya dalam terang iman Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organisation) tahun ini mengangkat tema “Hak atas Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik”. Para petani, peternak dan nelayan menyediakan pangan untuk memberi makan seluruh penduduk dunia.
Melihat situasi pangan dan petani di negeri kita yang sedang tidak baik-baik saja, perayaan Hari Pangan Sedunia Keuskupan Agung Jakarta tahun ini mengambil tema “Menghargai Pangan Lokal, Memartabatkan Petani dan Nelayan”. Tuhan Yesus begitu menghargai orang yang memberi makan dan minum kepada saudara-saudarinya yang lapar dan haus. Dia mengidentikkan diri-Nya dengan yang lapar dan haus serta menjanjikan Kerajaan Allah bagi yang memberi makan dan minum kepada mereka, “……sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; …” (Mt 25:35). Penghargaan Yesus kepada saudari-saudara kita yang memberi makan ini mendasari sikap kita untuk menghargai saudari-saudara kita petani dan nelayan.(Surat Gembala KAJ Mgr.Kardinal Julius Suhary,2024)
SMA Vianney memperingati Hari Pangan Sedunia dengan santapan istimewa, makanan tradisional Nusantara. Para siswa tidak hanya dimanjakan dengan cita rasa lezat, tetapi juga diajak untuk merenungkan pentingnya berbagai macam nilai-nilai hidup, menghargai warisan leluhur, dan menjaga kelestarian bahan pangan lokal. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 16 Oktober 2024 yang dikukti oleh seluruh guru, siswa, dan karyawan di SMA Vianney.
Acara diawali dengan kegiatan senam bersama di lapangan Sekolah Vianney. Setelah senam, para siswa kembali ke kelas untuk mempersiapkan berbagai alat dan bahan dalam pengolahan makanan hasil bumi. Setiap kelas mempersiapkan tiga menu terbaiknya untuk disajikan, seperti jagung rebus, ubi panggang, kacang rebus, popcorn, jasuke, dan makanan lezat hasil bumi lainnya.
Kegiatan Hari Pangan Sedunia ini mengajak kita untuk merenung lebih dalam. Kita diajak untuk menghargai kekayaan kuliner Nusantara, di mana makanan tradisional bukan sekadar hidangan, melainkan warisan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Selain itu, kegiatan ini juga menumbuhkan semangat kreativitas siswa, terlihat dari upaya masing-masing kelas dalam merancang menu yang unik dan menarik.
Di tengah maraknya makanan cepat saji, makanan tradisional hadir sebagai alternatif yang lebih sehat dan berkelanjutan. Dengan mengonsumsi makanan tradisional, kita tidak hanya menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga mendukung petani lokal dan melestarikan lingkungan. Mari kita jadikan SMA Vianney sebagai pelopor pelestarian makanan tradisional di Indonesia.***(Liputan ini sudah dimuat di suaramuda.net)
(Oleh: Reizo Johansen XII IIS-1)