AI bisa bermanfaat bagi para guru masa kini? Bolehkah para guru menggunakan AI? Bukankah AI bisa mengurangi daya nalar dan kreativitas guru? Bukankah AI bisa membuat guru jadi malas berpikir dan hanya mengandalkan kecanggihan program komputer?
Bila kita pernah mendengar atau membaca promosi: menulis buku dalam sehari, menulis skripsi dalam hitungan jam, atau membuat novel dalam waktu singkat dengan bantuan AI, itu ada benarnya. Untuk para guru yang biasa memiliki banyak tugas administrasi, AI juga memiliki kemampuan membuat Materi Ajar (MA) setebal belasan bahkan puluhan halaman hanya dalam hitungan menit. Itu yang dialami para guru SMP Vianney dalam workshop “AI Untuk Pembelajaran Mendalam, Strategi Inovatif Pendidikan Masa Depan” yang diadakan pada hari Selasa, 25 Februari 2025 di ruang bilingual SMP Vianney.
Ryan Oktapratama, S.Pd., B.Ed., MPd., pembicara dari Surabaya yang menyampaikan materinya lewat zoom meeting siang itu membeberkan berbagai informasi penting mengenai AI. Founder & CEO of Lentera Reformasi Edukasi (LRE) ini menuturkan, bila di Indonesia kita masih menemukan pertanyaan: bolehkan AI digunakan dalam dunia pendidikan? Bolehkan AI digunakan para guru? Di luar negeri seperti di Hongkong, Taiwan, dan Eropa pada umumnya orang sudah bertanya bagaimana cara menggunakan AI dalam pendidikan. Ryan yang memulai karirnya sebagai tutor privat di Tangerang itu awalnya mengajak para guru SMP Vianney untuk memahami AI dari pengertian dasarnya. Artifician Intelligence (AI) is technology that enables computers and machines to simulate human learning, comprehension, problem solving, decision making, creativity and autonomy. Secara ringkas, AI adalah teknologi yang memampukan komputer melakukan tugas-tugas yang biasa dikerjakan manusia seperti menyelesaikan masalah, mengambil keputusan dan berkreasi. Menurut pria yang pernah menjadi guru di Sulawesi ini, hal-hal ini sangat berkaitan dengan tugas guru. AI bisa membantu para guru terutama dalam berkreasi.
Lebih lanjut Ryan mengatakan ada berbagai jenis AI yang bisa digunakan para guru yakni ChatGPT, DeepSeek, Claude, Gemini, dan Perplexity. ChatGPT misalnya sangat membantu dalam menciptakan gagasan, membuat rubrik penilaian, atau membuat soal dan memberikan jawabannya. Dalam praktik yang dilakukan siang itu, para guru bisa membuat materi ajar (MA) hanya dalam hitungan menit. Padalah materi ajar biasa dibuat berhari-hari karena mencakup rencana pengajaran beberapa kali pertemuan dilengkapi dengan soal dan rubrik penilaian.
Seraya memberi beberapa data penggunaan AI dalam dunia pendidikan di Hongkong, Ryan menegaskan bahwa adopsi penggunaan AI dalam dunia pendidikan di Indonesia perlu mulai digarap dengan serius. Menurutnya, kebijakan penggunaan AI perlu dibuat dalam level institusi seperti yayasan persekolahan. Ini perlu dibuat antara lain untuk memaksimalkan penggunaan AI. AI ada yang gratisan, ada yang berbayar. ChatGPT misalnya ada yang gratis, ada yang berbayar 20 dolar sebulan dan ada yang 200 dolar sebulan. Kualitas dan cakupan pelayanan AI bergantung pada bayarannya itu. Semakin mahal, semakin banyak dan berkualitas layanan dan bantuan yang diberikan.
Guru Tetap Menjadi Figur Penting
Meskipun AI bisa melakukan apa yang dikerjakan manusia, termasuk pekerjaan guru dalam bidang administrasi, Ryan menegaskan bahwa dalam prediksi jenis pekerjaan yang bakal tergantikan di masa mendatang, dunia pendidikan tak tersentuh, jadi guru tetap tak tergantikan. Dalam paktik yang dilakukan para guru SMP Vianney menggunakan Ai juga Ryan memperlihatkan bahwa guru tetaplah menjadi figur terpenting. Buktinya, materi ajar yang dibuatkan ChatGPT berdasarkan “permintaan” para guru masih banyak yang dilakukan perbaikan oleh Ryan. Para guru juga menemukan bahwa apa yang disajikan dari ChatGPT masih perlu dilakukan banyak penyesuaian atau editan.
Namun para guru mulai menyadari, AI seperti ChatGPT bisa membantu melakukan sebagian besar kerja administrasinya. AI bisa digunakan sebagai asisten pribadi yang hanya butuh sentuhan tambahan dari guru untuk mendapatkan hasil yang maksimal. **BRudy
