“Allahku, berilah padaku rahmat agar boleh menderita karena mencintai-Mu. Berilah aku rahmat untuk mencintai-Mu dalam menderita, untuk pada suatu saat menarik nafasku yang terakhir dalam mencintai-Mu, dan dalam merasakan bahwa aku mencintai-Mu.
Dan semakian mendekati akhir hayatku, semakin ku mohon pada-Mu, untuk menumbuhkan cintaku kepada-Mu, dan menyempurnakannnya.” -St. Yohanes Maria Vianney
Untaian doa dari Santo Yohanes Maria Vianney di atas sederhana namun sangat mendalam dan “berat”! “Berat” karena berkaitan dengan cinta dan derita. Cinta dan derita adalah dua kutub yang berbeda dan bertentangan. Bagi banyak orang lebih memilih mencintai dan dicintai daripada harus menjalani kesulitan apalagi penderitaan. Pada hal, cinta sejati dan sesungguhnya diukur dari keberanian untuk rela berkorban demi mendapatkan cinta dan yang dicintai. Maka sesungguhnya doa dan teladan hidup yang ditampilkan St.Yohanes Maria Vianney hendak menegaskan kembali kepada kita bahwa di dalam upaya meraih cinta yang sejati harus rela dan berani melalui jalan derita/pengorbanan yang sejati.
Tuntutan jalan itu tentu sangat relevan dengan kehidupan masa kini. Gaya hidup masa kini yang cenderung menolak dan menjauh dari penderitaan (Pengorbanan) kita mengenalnya dengan istilah hedonisme. Kita memahami Gaya hidup hedonis sebagai gaya hidup yang selalu mengutamakan kesenangan dan kepuasan diri. Tipe orang yang berusaha menghindari hal-hal yang menyulitkan apalagi yang menyakitkan. Tidak berani menghadapi kesulitan dan tantangan hidup.
Bertolak belakang dengan semangat hidup dan doa dari Orang kudus yang diperingati Gereja setiap tanggal 4 Agustus ini. Maria Vianney justru berupaya memilih jalan yang berbeda dari jalan dan gaya hidup pada masa itu. Ia selalu berdoa dengan tulus dan rendah hati yang tercermin dalam gaya hidup sederhana. Kehidupan doa dan devosi yang sangat tinggi menjadi bekal dan kekuatannya dalam menghadapi aneka kesulitan belajar serta pandangan sinis dari rekan-rekan kuliahnya. Akhirnya kita mengetahui bahwa melalui doa , devosi dan praktik hidup yang saleh dari santo Vianney menghantar ia pun berhasil ditahbisakan menjadi imam.
Kini kita kenal bahwa St.Yohanes Maria Vianney adalah pelindung para imam dan banyak gereja serta sekolah memakai orang kudus ini menjadi nama dan pelindung sekolah atau lembaganya. Sekolah Vianney Jakarta adalah salah satu sekolah yang menjadikan santo Yohanes Maria Vianney sebagai pelindung dan inspirasi hidup dan karyanya.
Pesta santo pelindung sekolah Vianney ini pun kita rayakan bersama seluruh guru, peserta didik dari TK, SD,SMP dan SMA pada tanggal 4 Agustus 2023 lalu dengan punckanya merayakan Ekaristi kudus bersama yang dipimpin oleh Rm. RM. ALBERTUS BONDIKA WIDYAPUTRA PR dari paroki St. Tomas Rasul Bojong Indah Jakarta. Satu pesan mendalam yang disampaikan Romo Bondi dalam kotbahnya adalah Kita sebagai siswa-siswi, guru dan pendidik belajar dari teladan Santo Maria Vianney terutama terkait pentingnya mengandalkan Tuhan lewat doa dan parktik hidup baik bukan soal kepintaran.
St. Yohanes Maria Vianney doakanlah kami anak-anakmu. Amin